Dinda.seorang
cewek yang barambut panjang dan mungkin karena tingginya tidak pada
rata-ratanya. Dinda adalah sahabatku, kita bersama sejak SD hingga sekarang
kita kelas 10 SMA. Dimanapun aku berada disitu ada Dinda kita sudah seperti
sepasang merpati yang selalu bersama, hingga teman-teman kita memanggil kita
dengan julukan “Double D” Dinda dan Diara.
Sabtu sore
Dinda mengajakku bertemu dengan sosok lelaki yang baru saja ia kenal melalui
facebook. Awalnya aku menolak, karena aku takut jika cowok yang akan ditemui
Dinda bukan cowok baik-baik. Jelas saja Dinda hanya mengenalnya lewat facebook
dan beda usia mereka 5tahun, lantas apa tujuan cowok itu ngajak ketemuan anak
SMA seperti Dinda. Tapi karena Dinda terus memojokiku akupun bersedia lagian
daripada dia berangkat sendiri nanti malah terjadi apa-apa. Tak biasanya Dinda
seperti ini, dia memang cantik dan banyak cowok yang mengajukan diri tuk
menjadi pacarnya tapi Dinda selalu menolak. Ya, setelah kejadian kecelakaan
pacar Dinda Sandy 2tahun yang lalu membuatnya enggan tuk merakit cinta lagi. “Ra,
nanti makek kaos coklat ya..” ujar Dinda. “ah, apaan sih pakek gituan segala
ketemuan mah ketemuan aja. Ribet banget” jawabku dengan nada kesal. “wuu,
bilang aja kalo ga punya baju coklat,ya kan?? Tenang aku pinjemin deh”
bujuknya. “hehe kok kamu tauk sih, wah saking sayangnya kamu sama aku jadi
hafal baju warna apa aja yang aku punya. Trus kalo aku makek coklat kamu makek
apa?” jawabku. ya memang kita telah lama mengenal hingga kita kenal satu
samalain kepribadian kita masing-masing. “waduu ni anak GR sangat. Makek putih”jawabnya.
“ohh, yaya aku tau ntar biar kamu couple’an sama dia kan trus aku dibelakang jadi
setannya. Hemmm”jawabku dengan nada memelas. ”haha ya ga gitu juga kali Ra,
udah deh nurut aja ntar aku jemput jam 19.30”ujar Dinda. “he’em” dengan
menghela nafas aku ikuti langkah Dinda dari belakang.
***
Setelah
sampai ditempat tujuan yaitu Cafe Chocolate Night kita muter-muter nyari sosok
cowok kenalan Dinda. “mana? Pasti kamu diboongin tuh, lagian udah tua juga
masak ngajak ketemu kamu pantesnya mah kamu jadi anaknya hahaha”ledekku pada
Dinda. “enak aja lu kata, udah deh kamu diem aja toh kamu ya ga rugi
to”jawabnya kesal. Aku hanya terdiam dan memandangi wajah Dinda yang panik
karna cowok yang ditunggunya tak kunjung menghampirinya, aku takut jika cowok
itu hanya memberi harapan kosong pada Dinda. “hey, Dinda ya?” sapaan dari
seorang cowok yang terlihat asing bagiku.”haa, Aldo ya? Wah kok telat sih?”
tanya Dinda. “maaf-maaf tadi tadi jalannya macet”jawab Aldo. “ah alesan”kataku
dalam hati kemudian mereka berjalan menuju meja makan yang dipenuli dengan
bunga dan lilin warna-warni.
“heh Ra ayo, malah ndlongop
disitu.”ajak Dinda padaku
“lah mana cowoknya?” tanyaku.
“dasar TELO ya itu tadi cowoknya”
jawab Dinda.
“haa yang bener kok masih muda? o
namanya Aldo ya. Eh kok dia makek kaos coklat? Kok ga putih kaya kamu? Salah
kostum ya?”tanyaku heran.
“huuh jadi berpuluh-puluh kali
aku cerita sama kamu itu ga kamu perhatiin to? sampai namanya aja kamu baru
tau. Udah deh jangan banyak tanya bawel deh kamu.” Kata dinda.
“galak banget deh, kan biar tau”jawabku. “heh
TELO ayo kesana Aldo udah nungguin tuh, awas ya didepan Aldo ngomong
macem-macem, ntar pulang tak turunin dijalan lo.”ancamnya.
“waa tega lo Din.”kataku dengan mengikuti
langkah Diinda tepat dibelakangnya.
Disana kita hanya ngobrol-ngobrol
saja, tapi entah mengapa Dinda dan Aldo terkesan akrab dan sudah lama mengenal.
Ah mungkin saja mereka memang sudah dekat sebelumnya pikirku dalam hati.
Ketika pulang Dinda bertanya padaku
“eh Ra gimana tuh? Cakep kan ga seperti yang kamu bayangin”.
“ah biasa
aja”jawabku.
“huh sok jual
mahal ntar naksir loh hahaha. Eh kenapa tadi diem aja? Nervous ya ketemu cowo
cakep haha”ledeknya.
“enak aja, kan yang
punya acara kamu toh lagian tadi kamu ngelarang aku buat ngomong macem-macem
yaudah aku diem aja”jawabku.
“yaelah Ra Ra, ya
ga gitu juga kali”ujar dinda.
“eh din TELO tu
apaan?”tanyaku.
“hahaha”balasnya.
“kok ketawa to?
Apaan din?”tanyaku lagi.
“hehe TELO tu
telat loading hahaha”jawabnya.
“ wah sialan lu,
kalo aku TELO kamu Crigis hahaha”ledekku balik.
“wawawa main-main
ya kamu” jawab Dinda
Ketika ku matikan lampu kamarku dan
siap untuk meluncur ke dunia mimpi eh tiba-tiba berdering suara hapeku drrrt
drrrt drrrt.... “wah siapa sih malem-malem telpon? Kaga punya jam kali
ya?”omelku. “Assalamualaikum, Diara ya?”suara si penelpon itu. “walaikumsalam,
iya ada perlu apa?” jawabku kesal. “hehe kok judes gitu sih, coba tebak siapa
aku?jawabnya. Aku semakin kesal dengan kesokakraban dia padaku “Trus penting
buat hidup gue tau nama loe hee?lagian malem-malem telpon kaya kaga punya dosa
aja”omelku. “hehe ganggu ya, yauda deh maaf ya. Aku Aldo temennya Dinda”
jawabnya “eh kamu Do, maaf-maaf lagian
kamu pakek godain segala sih.” jawabku tuk menutup malu. “hehe, maaf ya kamu
sih judes banget jadi cewek. Mau bobok ya? Yauda bobok sana aja besuk aku
telpon lagi ya.”ujarnya “maaf deh. Yauda tak bobok dulu ya Do.” Jawabku. “iya
good night Diara, assalamualaikum”katanya “ha’a Do, walaikumsalam.” Jawabku.
“Aldo kok ganjen sih, ngedekitin Dinda kok berani-beraninya ngedeketin aku
juga. Eh aku kok GR sih mungkin aja dia telpon aku mau minta tolong buat
njadiin dia sama Dinda toh aku tadi juga ga tanya apa keperluannya. Ah yauda
lah ga penting bobok aja ahh”gumamku lirih.
***
Keesokan harinya disekolah. Aku
heran melihat Dinda yang dari tadi memancarkan senyum lebarnya ke aku, seperti
habis mendapat doorprize di sebuah acara jalan santai. “heh kenapalu Din?
Senyam-senyum sok manis deh”ledekku “hehe ga papa kok Ra. Yuk cepetan kekelas
jam pertama kita ulangan matematika loh”jawabnya “o iya capcus cin”ujarku.
Seperti ulangan-ulangan biasanya baru juga aku nulis soal nomer satu Dinda udah
nengok aku sambil nyengir “apa lu liat-liat gue?”kataku sok galak. “ceileh
galak bener soulmateku, cantik deh kalo nyontekin aku hehe”ejeknya padaku. Iya
bukannya sombong tapi aku selalu mendapat juara 5 besar di kelas. “iyaiya dasar
crigis, tapi jangan liatin aku mulu dong kan aku jadi salting trus kalo aku
salah ngitung toh kamu juga yang rugi.”jawabku “iyaiya Diara cantik, crigis
apaan Ra?”tanyanya padaku “kelar ulangan aku jawab. kamu diem dulu
deh.”jawabku. diapun mengalah untuk diam dan menunggu aku selesai mengerjakan
soal ulangan. “drrrrt drrrrt drrrrt”..”apaan tuh?”tanya Dinda “sialan siapa
juga yang sms, ga tau orang sekolah apa.”omelku. perlahan-lahan aku rogoh hape
di sakuku dan aku lihat ternyata sms dari Aldo “siapa Ra?”tanya Dinda. Aku ga
mungkin bilang kalau ini sms dari Aldo, Aldo kan gebetannya Dinda nanti Dinda
malah cemburu lagi sama aku akhirnya aku berbohong sama Dinda. “ah biasa orang
pengangguran minta pulsa.” Jawabku. “hahaha makanya jangan serius-serius gitu
dong tampangnya, dikerjain orang kan.”ledeknya padaku. Saat bel instirahat
berbunyi aku dan Dinda pergi kekantin, “Ra?”sapa Dinda kepadaku “apaan
Din”tanyaku “sayang banget deh sama kamu”ujar Dinda “emm kamu suka gombal deh
Din, ih merinding aku hahaha”ledekku. Aku merasa pandangan Dinda kepadaku
beberapi hari terakhir ini berbeda, seperti pandangan seorang ibu kepada
anaknya. “haha biarin, week”balasnya. Ditengah-tengah kita bercanda tiba-tiba
Dinda pamit ke kamar kecil dengan terburu-buru “ke kamar kecil dulu Ra.”ujarnya
“perlu aku temenin?”tawarku “gausah.”teriaknya sambil berlari. Sampai bel masuk
berbunyi Dinda tak kunjung kembali ke kantin, aku menyusulnya ke kamar kecil
tapi tak ada sosok cewek berambut panjang yang imut-imut itu “huh rupanya ni
anak ninggalin aku di kantin.”gumamku lirih. Sampai dikelas aku melihat Dinda
yang meringis tanpa dosa menyambut kedatanganku “hehe maaf ya Ra, tadi gebelet
pipis terus karna hampir masuk ya aku langsung kekelas aja. Takirain kamu
langsung kekelas tadi.”ujar Dinda. Melihat Dinda yang meringis telah mencairkan
kekesalanku padanya. “iyaiya, tapi sms kek kan aku ga dlongap-dlongop nungguin
kamu di kantin”jawabku kesal “hehe iya Diara ga tak ulangin lagi deh.” Hari ini
aku merasa Dinda berbeda dari yang biasanya, ah tapi mungkin itu Cuma
perasaanku aja.
***
Drrrt drrttt drttt... segera
kuhampiri suara hapeku yang terletak dimeja mungil tempatku meletakkan kumpulan
buku-bukuku, ternyata oh ternyata itu telpon dari Aldo “Assalamualaikum, ada
apa Do?tanyaku “Walaikumsalam Ra, ga papa kok Cuma pengen ngobrol aja. Oh iya
aku ganggu engga ni?” ujar Aldo “engga Do”jawabku “tadi kok smsku ga kamu bales
Ra?” tanya Aldo “maaf Do, tadi aku lagi ulangan terus habis itu aku ga buka
hape lagi jadinya aku lupa”jawabku “wah kok kayaknya aku ganggu kamu terus ya
Ra? maaf banget ya.”ujarnya “ ah engga Do, mungkin Cuma kebetulan aja”jawabku
“hehe iya kali ya. Kamu udah kenal lama ya Ra sama Dinda?”tanyanya “udah, aku
kenal Dinda udah dari SD” jawabku. Sekitar 30menit aku ngobrol sama Aldo tapi
tak ada sepatah katapun tentang kedekatan Aldo dan Dinda, ya mungkin ini baru
tahap awal mungkin Aldo masih enggan buat minta tolong sama aku ngedeketin dia
sama Dinda atau mungkin dia tidak memerlukan bantuanku, dia cuma mencari
informasi tentang Dinda dari aku. Ya itu kesimpulannya.
Keesokan harinya ketika aku masuk
kelas aku tidak melihat Dinda di bangkuku, padahal Dinda selalu datang lebih
awal dari aku. Mungkin Dinda kekantin atau membeli folio karna hari ini ulangan
Sejarah yang jawabannya harus memakai kertas folio. Sampai bel masuk berbunyi
sosok Dinda tak kunjung terlihat, “hey pada liat Dinda ga sih?kok dari tadi ga
nongol, mana tasnya lagi?”tanyaku pada teman-teman kelasku “yee Dinda kan ga
masuk Ra, kamu kok ga tau sih?” jawab Veno ketua kelasku “haa? Masak? Kok ga
bilang sih dia”gumamku. Sepi banget hari itu tanpa Dinda tapi aku jadi sedikit
terhibur dengan datangnya sms dari Aldo, ya semakin hari aku semakin dekat
dengannya entah itu perasaan apa tapi aku merasa cocok jika ngobrol dengannya
padahal aku adalah cewek yang terkenal enggan berteman denggan cowok.
***
Ketika pulang sekolah aku menelpon
Dinda untuk menanyakan keadaannya. “hallo, assalamualaikum?”ujar dinda
“walaikumsalam, hey crigis ngapain ga masuk? Tadi ulangan Sejarah tauk sepi
banget ga ada kamu yang selalu nyontek aku haha”ledekku “ah kamu Ra, aku keBali
hehe jadi aku ga masuk sekitar seminggu lah”jawab Dinda “haa? Gila kamu, bentar
lagi kan ujian kenaikan kelas. Kamu malah enak-enakan liburan seminggu ntar
kalo di tanya guru-guru gimana coba?” kataku sedikit kaget “ah TELO tenang aja aku udah ijin sama
guru-guru kok, baik-baik disana selama ga ada aku ya hehe”jawabnya dengan
santai “huh kamu ki cepetan pulang ya ntar aku kangen loh, hubungin aku
terus.”kataku. Aku memang sangat menyayanginya dia sudah seperti kakakku yang
menjagaku. “iya TELO sayang, yauda ya aku mau main-main dulu nih daaa hehe”ujar
Dinda “yah ditinggalin deh, yauda have fun yak jangan lupa oleh-olehnya”kataku
“beres cin”jawab Dinda. Itu adalah kabar terakhir dari Dinda, hari kedua,
ketiga aku selalu gabisa hubungin Dinda entah apa yang dilakukannya disana
rasanya sepi banget dikelas ga denger ocehannya si Dinda aku merasa sangat
kehilangan eh apaan sih Dinda kan Cuma ke Bali ntar juga balik kok. Drrrt drrrt
drrrt hapeku berbunyi ketika aku diperjalanan pulang “ah pasti dari Aldo, eh
bukan”gumamku lirih. Aku baca sms itu dalam hati ternyata itu dari ibuku yang
memberitahuku bahwa budheku masuk rumah sakit dan ibuku meminta aku untuk
segera menyusul kerumah sakit.
Ketika aku sampai dirumah sakit,
aku mencari kamar inap budheku, aku susuri jalan berundak-undak itu dan ketika
aku sampai dikamar Cendana 204 aku melihat orangtua Dinda yang sedang gelisah
didepan kamar “om, tante kenapa disini? Siapa yang sakit?”tanyaku. Setauku
Dinda adalah anak tunggal apa mungkin yang sakit itu Dinda ah tapi kan Dinda di
Bali. “emm...kamu ngapain disini Ra?”tanyanya orangtua Dinda balik kepadaku.
Sepertinya mereka mengalihkan pembicaraan dan ketika aku menoleh kesamping
tepat dipintu kamar yang diberi kaca transparan disana terlihat Dinda yang
terbaring tak berdaya aku terkejut dan seakan-akan aku bermimpi. Dinda
berbohong kepadaku ada apa ini hatikupun bertanya-tanya. “om, tante itu Dinda
kan? Sakit apa dia? Kenapa dia lemah seperti itu?”tanyaku sambil meneteskan air
mata dan dari situ aku baru tahu ternyata Dinda beberapa hari ini berbeda lebih
bersifat tertutup kepadaku karena dia tidak ingin aku menangis mengetahui bahwa
dia mengidap kanker otak yang sudah parah. Aku terkejut mendengarnya,
berkali-kali aku mencubit pipiku sendiri untuk memastikan kebenarannya dan
ternyata ini memang benar. Aku tak kuasa menahan air mataku, aku menangis di
depan orangtua Dinda tak lama kemudian datang sosok Aldo yang langsung mencium
tangan orangtua Dinda. Aku semakin tak mengerti, siapa Aldo sebenarnya kenapa
dia terlihat akrab dengan orangtua Dinda. Kemudian Aldo menarik tanganku dan
mengajakku menjauh dari kamar Dinda disitu Aldo menceritakan semuanya dan
ternyata Aldo adalah sepupu Dinda yang kuliah di Australia yang diminta Dinda
untuk menjagaku setelah kepergiannya. Ya dokter telah mendiagnosa bahwa umur
Dinda tidak akan panjang lagi dia sengaja melakukan ini semua karna dia tak
ingin aku bersedih atas kepergiannya, beberapa saat kemudian aku kembali
melihat Dinda dari kaca pintu kamar. Dinda mulai sadar dan dia memanggilku
dokterpun mengijinkan segera aku menghampiri Dinda. Aku mencium kedua pipinya,
dia mengusap air mataku dan dia berkata dengan terbata-bata “jangan cengeng
Diara, aku gapapa kok. Jaga dirimu baik-baik ya”.”kamu jahat Din, kok kamu
boongin aku sih? Buat apa? Toh pada akhirnya aku tau semuanya. Aku sayang
banget sama kamu”kataku. “maaf ya TELOku hehe. Jangan nakal, jaga mas Aldo
baik-baik dia cinta sama kamu.”kata Dinda. Aku menoleh ke mas Aldo dan rupanya
dia tersenyum malu kepadaku “ah apaan sih Din”kataku. Itulah percakapan kita
yang terakhir Dinda menghembuskan nafas terakhirnya sebelum menjalani operasi
semua orang di kamar itu menangis dan memeluk erat Dinda seakan ingin menarik
kembali nyawa Dinda tapi apa daya semua ditangan Tuhan hari itu bagai terjadi
hujan yang menyiram musim kemarau.
***
Hari-hariku
ditemani mas Aldo dia adalah orang yang menghibur kesedihanku atas meninggalnya
Dinda. Aku dan mas Aldo sangat menyanyangi Dinda tapi semua tak seperti yang
kita harapkan Dinda lebih dulu meninggalkan kita diusia yang masih sangat muda.
Semakin hari aku semakin dekat dengan mas Aldo dan tiba pada saatnya dia
menyatakan cintanya padaku dan ternyata Dinda berhasil mempersatukan kita. Aku
dan mas Aldo menjadi pasangan seperti pesan dinda dalam secarik kertas yang
dibuat sebelum dia pergi.
Aku menangis tersedu membaca pesan
dari Dinda “aku tlah penuhi pesanmu Dinda, tlah aku penuhi.”seruku,
berkali-kali Aldo mengusap air mataku dan berkata “hujan tak akan reda, sebelum
kau berhenti menangis Diara”. Kata itu seolah dapat menghentikan tangisku, dan
akupun tersenyum padanya.
created by Neranita Kusuma Dewi